
Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa.
Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti
“Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada
saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi
mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi
‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat
Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空
dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang
dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
-
Shotokan
-
Goju-Ryu
-
Shito-Ryu
-
Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu
tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran
Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh
Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia
adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation)
yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah
terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung",
berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
-
Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.
-
Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
-
Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga.
Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur
sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk
pertandingan olah raga.
IKRAR DAN JANJI KARATE – DO GOJUKAI
Hitotsu’ Jinkaku Kanseni Suto’ Muru Koto’
Hotosu’ Makoto No Michi O’momuru Koto’
Hitotsu’ Daryo Ko No Sei Shin Oyasinau Koto’
Hitotsu’ Reigi O’ O’manzuru Koto’
Hotosu’ Kekki No Yu’ O’imashimuru Koto’
Pertama berupaya keras untuk menyempurnakan karakter
Pertama membela jalan kebenaran
Pertama meningkatkan semangat untuk maju
Pertama menghormati prinsip-prinsip etika
Pertama melindungi diri dari godaan jahat
Kami karateka Gojukai senantiasa akan berlatih keras dan menguasai
Karate–Do Gojuryu sebagai wujud;
Terima kasih kepada:
Soke Chojun Miyagi, Sensei, Pencipta Gojuryu Karate–Do
Terima kasih kepada:
Saiko Shihan Gogen Yamaguchi, Hanshi Sensei Pendiri Gojukai Karate-Do
Terima kasih kepada:
Kaico’ Saiko Shihan Gossi Yamaguchi, Hanshi Sensei, Maha Guru Tertinggi kami
Terima kasih kepada:
Shihan Setyo Haryono Sensei, Pendiri Gojukai Indonesia
Kami merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat mempelajari Karate-Do Gojuryu dan berjanji:
Mempelajari Karate-Do hanya untuk tujuan-tujuan mulia
Mempelajari Karate-Do dengan semangat dan jiwa ksatria
Menjunjung tinggi nama baik perguruan dalam ucapan dan tindakan.
A. Pemahaman "Reigi" (Tata Tertib Dojo), "Dojo-Kun" (Ikrar) Serta Pengenalan Gishiki
diterjemahkan dari REIGI di Honbu Dojo Tokyo Jepang.
Karateka harus berusaha seoptimal mungkin untuk tidak terlambat menghadiri latihan sesuai jadwal latihan yang telah ditentukan.
Jangan makan satu jam sebelum latihan.
Hadir
di dojo ketika kondisi Anda sedang fit, karena begitu Anda memasuki
dojo, Anda harus bersiap untuk melakukan latihan seoptimal mungkin
sesuai jadwal latihan. Jangan mengikuti latihan di dojo, jika Anda
sementara terluka, atau terkilir atau belum sembuh dari suatu penyakit.
Memasuki
dojo harus menanggalkan alas kaki dan topi, tidak membawa botol minuman
ke dalam dojo. Di tempat penyimpanan alas kaki ditaruh secara tertib
dan teratur.
Selama berada di dalam dojo dilarang merokok.
Jika
ada seorang karateka yang lebih senior yang berdiri di belakang Anda,
maka Anda harus mempersilakan karateka yang lebih senior untuk lebih
dahulu memasuki dojo.
Memasuki
dojo melakukan penghormatan tradisi Karate sambil mengucapkan
“ONENGAISHIMASU” yang berarti “Please Help Me”, dengan jelas dan tegas.
Setelah
berada dalam dojo, pertama-tama harus melakukan penghormatan kepada
karateka yang lebih senior, dan secara spesifik kepada para instruktur
dan master (Shihan), dengan ucapan “ONENGAISHIMASU” dan dibalas dengan
penghormatan yang sama.
Selama di dalam dojo, harus menjaga agar “DOGI” yang dikenakan senantiasa rapid an tidak berantakan.
Selama
mengikuti latihan, dilarang memelihara kuku panjang, dilarang
mengenakan benda-benda yang dapat membahayakan diri sendiri maupun
pasangan latihan, seperti arloji tangan, cincin, gelang, kalung, dan
sejenisnya.
Ketika
Anda dengan sangat terpaksa datang terlambat, Anda harus melapor alasan
keterlambatan Anda pada pimpinan latihan, dan melakukan “JUNBI UNDO”
sendiri jika session Junbi Undo sudah lewat.
Selama Anda di dojo, jika Anda duduk harus dalam posisi “SEIZA” (duduk berlutut) atau “ANZA” (duduk bersila).
Selama latihan berlangsung di dojo, instruktur tidak diperkenankan duduk hingga latihan berakhir.
Latihan dimulai dan diakhiri dengan melaksanakan “GISHIKI” (upacara tradisi), dengan tata cara upacara sebagai berikut:
Murid yang tersenior di ujung barisan memimpin upacara dengan meneriakkan aba-aba “KIOTSUKE” (siap).
Murid tersenior mengaba-aba “SEIZA” untuk duduk berlutut.
Pimpinan
latihan (Shihan atau Sensei) mengaba-aba “MOKUSO” (mengosongkan
pikiran), dan mengakhirinya dengan aba-aba “MOKUSO YAME”.
Pada saat “MOKUSO”, tutup kedua mata, bernafas dalam-dalam dari perut
bawah, konsentrasikan pada TANDEN (5 cm dibawah pusar) dan berusaha
mengosongkan pikiran.
Murid yang pimpinan upacara mengaba-aba:
- “SHOMEN NI REI” (artinya hormat ke altar Goju)
- “SHINZEN NI REI” (artinya hormat ke panji-panji kenegaraan maupun panji-panji kekaratean dan perguruan).
Murid yang pimpinan upacara memimpin “DOJO-KUN”:
Yang bunyinya sebagai berikut:
Kami karateka Gojukai, senantiasa akan berlatih keras sebagai wujud terima kasih kepada:
- Soke Chojun Miyagi, Pencipta Goju-Ryu Karate-Do.
- Hanshi Gogen Yamaghuci, Pendiri Gojukai Karate-Do.
- Saiko Shihan Goshi Yamaghuci, Guru Tertinggi Kami.
- Shihan Setyo Haryono, Pendiri Gojukai Indonesia.
Janji Karate-Do Goju:
Kami merasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat mempelajari Karate-Do Goju, dan berjanji:
- Mempelajari Karate-Do hanya untuk tujuan-tujuan mulia.
- Mempelajari Karate-Do dengan semangat dan jiwa ksatria.
- Menjunjung tinggi nama baik perguruan, dalam ucapan dan tindakan.
f. Usai pembacaan “DOJO-KUN”, pimpinan upacara mengaba-aba: “IJO NI REI” (artinya; hormat kepada Dojo-Kun).
g. Pimpinan
latihan membalik menghadap ke barisan para murid, dan pimpinan upacara
mengaba-aba penghormatan kepada pimpinan latihan, tergantung status
keinstrukturan pimpinan latihan, misalnya: SHIHAN NI REI atau SENSEI NI
REI.
h. Setiap
melakukan penghormatan kepada seseorang di dojo, harus mengucapkan
ONENGA ISHIMASU. Tingkatan yang lebih tinggi selalu harus membalas
penghormatan “KOHAI”nya.
i. Kalau
yang hadir dalam “GISHIKI” (upacara) lebih dari satu Shihan, maka
penghormatan awal pada Shihan yang tertinggi dan tersenior dengan
aba-aba “RO-SHIHAN” (Shihan yang lebih senior) dan pada Shihan lain
dengan aba-aba “WAKA-SHIHAN” (Shihan yang lebih yunior). Demikian juga
kalau yang memimpin lebih dari sati Sensei, maka pada Sensei yang paling
senior disebut “RO-SENSEI” dan Sensei yang lain disebut “WAKA-SENSEI”.
j. Ketika
sedang latihan di dojo, dilarang berkelakar atau bercakap-cakap,
kecuali di saat diberi kesempatan oleh instruktur untuk bertanya atau
disaat ditanyai sesuatu oleh instruktur.
k. Ketika
instruktur menyampaikan sesuatu, dengarkan baik-baik dan tenang. Jangan
lupa untuk menunjukkan bahwa Anda mendengar dan memahami apa yang
dikemukakannya.
l. Setiap
murid seharusnya mengetahui mengetahui kondisi fisiknya, staminanya dan
kekuatan fisiknya dengan baik. Jangan memaksa diri Anda melakukan
sesuatu yang tidak mungkin.
m. Instruktur
harus selalu mengamati kondisi fisik dari para murid. Dalam setiap
pergantian session latihan, instruktur sebaiknya memberi waktu istirahat
sejenak kepada para murid, waktu istirahat tergantung kondisi konkret
para murid.
n. Setiap
instruktur harus mengoptimalkan langkah-langkah dan segala upaya dan
peringatan selama latihan berlangsung untuk menjamin keselamatan para
murid dari kemungkinan cedera atau kecelakaan.
o. Lima menit sebelum latihan berakhir, lakukan JUNBI UNDO untuk pelemasan.
p. Sebelum upacara penutupan latihan, instruktur harus memberikan kesempatan bertanya kepada para murid.
B. Junbi Undo (Senam Karate)
Ada dua metode pelatihan Junbi Undo, metode pertama di awal latihan dan akhir latihan, metode kedua Junbi Undo dilakukan mengawali setiap session latihan sesuai dengan gerakan yang dilakukan.
Prinsip
yang penting dalam Junbi Undo adalah hanya sekedar untuk pemanasan dan
perenggangan, dan tidak dimaksud sebagai latihan pokok. Oleh karena itu,
Junbi Undo yang ideal adalah 15% dari keseluruhan jam latihan total.
Meskipun
demikian, Junbi Undo harus dilakukan dengan penuh keseriusan karena
sangat memberikan pengaruh besar dalam proses latihan nanti, terutama
dalam hal menghindari terjadinya keseleo pada bagian tubuh tertentu.
Jenis gerakan Junbi Undo harus sistematis mulai dari bagian tubuh paling bawah hingga ke bagian tubuh paling atas.
C. Pemahaman Sejarah singkat Karate-Do gojukai
Sejarah
“Go-Ju-Ryu” mulai dengan Shihan Chojun Miyagi yang digelar “Fuseishutsu
no kensei” (orang sakti tak ada bandingnya). Miyagi adalah murid
Higaonna dan juga pernah berlatih seni bela diri di Cina. Perguruan
Goju-Ryu yang kemudian dibentuknya, essensinya adalah “teknik mereguk
dan menyemprotkan kekuatan dan kelembutan” di dalam semangat kesiagaan
tempur dari Seni Bela Diri Cina. Master Chojun Miyagi kemudian menjadi
pelatih di Okinawa dan mendirikan
Goju-Ryu di Universitas Ritsumeikan, di situlah Miyagi berkenalan dengan
Gogen Yamaghuci yang pada saat itu menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di
Universitas Ritsumeikan itu. Sebelumnya Gogen Yamaghuci belajar Karate
Goju-Ryu dari teman kuliahnya Yogi, dan murid senior Chojun Miyagi,
yaitu Meitoku Yagi. Ajaran Miyagi kemudian tersebar dari Kyushu
sampai ke daerah Kanto. Miyagi belajar sebagai seorang samurai dan
memperdalam ilmunya yang berakar di Cina, sehingga Miyagi menjadi sangat
disegani di Jepang dan Okinawa.
Shihan Miyagi dilahirkan di era Meiji jaman 20 (1888) di suatu rumah terkenal di Naha, suatu kota besar di Okinawa.
Ia belajar karate pada umur 14 tahun dari Shihan To-on-no. Di era Meiji
jaman 36 (1904), dan ketika ia masih berusia 16 tahun, ia diperintah
untuk pergi ke Fuku-ken-sho di negeri Cina dan berlatih Kempo-Cina.
Di negeri Cina, ia menerima latihan yang penuh disiplin dan keras. Chojun Miyagi di Cina belajar ilmu bela diri lunak, yaitu Tai Chu Chuen dan Pakua Chang. Selain itu, di Cina masih ada ilmu lunak lainnya yang dinamai “Hsing-I”.
Orang Cina mengatakan, untuk hidup sempurna, orang harus berada di dalam chi. Dan chi juga ada dalam diri manusia.
Apakah
chi itu? Ia adalah udara dan enerji. Ia dibutuhkan untuk penyelarasan
tubuh dengan alam. Chi dapat menjadi suatu kekuatan yang melahirkan
enerji. Jika ia menjadi yang disebut “yang utuh” dan “yang utama”, yaitu
“tai chi”. Jadi “tai chi” bermakna “yang utuh dan utama”.
Tai
chi dilambangkan sebagai dua unsur yaitu: Yin dan Yang yang saling
mengikat dan terpadu dalam satu bulatan. Yin adalah kutub negatif yang
dilambangkan sebagai wanita. Sedangkan Yang adalah kutub positif yang
dilambangkan sebagai jantan.
Manusia
sewaktu lahir tubuhnya diisi oleh Yin dan Yang, dan dalam usia dewasa
mencapai puncaknya, kemudian perlahan menurun sewaktu usia semakin
bertambah.
Dengan
berlatih pernapasan ketika memainkan Sanchin, keseimbangan Yin dan Yang
yang akan harmonis, sehingga yang rutin dan teratur melakukannya akan
senantiasa awet muda, dan kalihatan jauh lebih muda dari usianya yang
sebenarnya.
Orang
Cina meyakini bahwa realita hidup bukanlah gabungan dari momen-momen
yang terpisah. Melainkan jalinan tanpa batas dari perubahan gejala alam.
Pagi hari yang berganti siang, kemudian malam. Bagai daun yang gugur
dan tumbuh lagi, sungai yang mengalir dan awan yang ditiup angin, antara
ada dan tiada saling terjalin.
Mungkin
selaras dalam gamelan sakral Sekatenannya orang Jawa, kelengangan
antara kala gong ditabuh memberikan kesadaran akan bunyi. Bagitu pula
ruang kosong memperkuat kesadaran akan garis tepi dari patung karya
Henry Moore.
Miyagi,
selain berlatih Tai Chi Chuen dan Pakua Chang, juga pada waktu yang
sama ia belajar teori dari buku tua. Setelah ia kembali dari negeri
Cina, ia membandingkan Cina Kempo dan Okinawa-te. Ia mengadopsi latihan
pernafasan unik dari Cina yang dinamakan “Ikibuki”, cara persiapan yang
penting untuk menguasai Karate-Do.
Ada
juga sejarawan lain yang menuliskan bahwa selama di Cina, Chojun Miyagi
berlatih Pa-kua Hsing-I, Mi-Tsung-I dan “tiger crane” Shaolin.
Kemudian, ia belajar gaya
lain dan memperkenalkan baik Kempo Cina maupun Okinawa-Te dan kemudian
menambahkan dengan gagasan orisinalnya sendiri. Demikianlah proses
kelahiran “Go-Ju-Ryu”.
Nama
“Go-Ju-Ryu” telah ditransfer dari “Bubishi” (dalam bahasa Cina: Wu Bei
Zhi), sebuah buku kuno yang didokumentasikan dalam arsip Cina. Mengenai
Bubishi ini akan saya jelaskan dalam sub bab berikut. Ada delapan ungkapan tentang “Kyo” yang dikenal dengan istilah “Hogoju”, yang mengandung makna metode menarik dan menghembuskan nafas “Go” (keras) dan “Ju” (lunak),
dan itulah yang dinamai Go-Ju-Ryu. Miyagi mengajar karate pada sekolah
pelatihan polisi Okinawa, juga di suatu sekolah bisnis publik Naha, pada
sekolah Master Okinawa dan pada Pusat Kesehatan Okinawa. Di era 4 Showa
(1929), Miyagi diundang sebagai dosen tamu kehormatan oleh suatu klub
karate yang berlokasi di Universitas Kyoto,
Miyagi telah diundang untuk mengajar secara tetap sebagai Shihan oleh
Ritsumeikan Universitas. Ia mengembangkan metodenya ke seluruh Jepang
dan inisiatif memperkenalkan Goju-Ryu. Selama waktu itulah, Gogen
Yamaguchi mengenal Shihan Miyagi dan oleh Miyagi, Yamaguchi dibebani
tanggung jawab untuk menyebarkan metode ciptaan Miyagi dan untuk
mengorganisirnya, Gogen Yamaguchi membentuk Jepang Karate-Do Gojukai
Association.
Shihan Miyagi kemudian diundang ke Hawaii oleh Shimpo Co dan mengajar Karate di sana
selama satu tahun. Juga, ia mengajarkan Goju-Ryu Karate-Do di Jepang
dan di luar Jepang. Untuk itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jepang
memberi award pada Miyagi. Setelah perang dunia yang kedua, ia kembali
ke Okinawa dan bekerja untuk pemerintahan sipil sebagai pelatih pendidikan jasmani. Di era Showa 28 (1953) Oktober, ia meninggal.
Bagaimana
asal mula dinamakannya perguruannya sebagai perguruan Goju-Ryu? Dalam
acara Turnamen Seni Bela Diri di Jepang pada tahun 1930, Sensei Shinzato
Jin’an (murid senior Chojun Miyagi) turut berdemonstrasi. Di dalam
turnamen itu, seorang Master Ko-Budo menanyakan padanya, berasal dari
perguruan apa? Dan Shinzato Jin’an tentu saja tidak dapat menjawabnya,
karena hingga saat itu Chojun Miyagi belum pernah memberi nama
perguruannya.
Sekembalinya
dari Jepang, Shinzato Jin’an mempertanyakan perihal nama perguruan itu
pada Miyagi, dan barulah Miyagi sadar bahwa nama perguruan sangat
penting demi pengembangannya.
Chojun
Miyagi memilih nama Goju Ryu untuk perguruannya. Dalam sejarah
kekaratean, Miyagilah master yang pertama memberi nama perguruannya, dan
belakangan baru diikuti oleh master lain.
Secara
resmi, Goju-Ryu digunakan ketika tahun 1933 Miyagi (berkat jasa Gogen
Yamaguchi) mendaftarkan nama perguruannya pada Butokokai Jepang. Dan
pada tahun 1936 Miyagi ke Cina lagi untuk memperdalam ilmu bela diri
Cina guna kelengkapan materi merumuskan metode lebih lengkap bagi
kurikulum Goju-Ryu. Dalam kunjungan kali ini, lamanya adalah dua bulan
di Cina.
Gogen
Yamaguchi yang mulai belajar Goju-Ryu Karate-Do dari Maruta, tukang
kayu dari Okinawa di kota asal Yamaguchi, kemudian dari Meitoku Yagi dan
Jitsuei Yogi, keduanya adalah murid Chojun Miyagi. Dan kemudian Yogi
memperkenalkan Yamaguchi pada Chojun Miyagi, dan selanjutnya Yamaguchi
berlatih langsung dari Chojun Miyagi.
Persoalan
lain yang juga sering menjadi persoalan hukum di negara-negara yang
marak seni bela dirinya seperti Jepang dan Amerika Serikat adalah “hak
atas lambang perguruan atau aliran”.
Logo
“Kepalan Tangan Chojun Miyagi” yang digunakan oleh Gojukai versi Gogen
Yamaguchi, merupakan “hak patent” dari IKGA yang dipimpin oleh Goshi
Yamaguchi, dan jika digunakan oleh perguruan lain, sekalian perguruan
itupun mangajarkan Goju-Ryu, tetap ilegal dan dapat dituntut di muka
pengadilan.
Logo
Kepalan Tangan Miyagi tersebut didesain oleh Gogen Yamaguchi pada tahun
1932. desain itu legal setelah didaftarkan di Jepang sebagai
“Trademark” pada 9 Maret 1971, dengan nomor registrasi 1268906 (C1:24,
Specified Merchandise:Sporting Good) dan Trademark Registration No.
1370905 (C1:21, Specified Merchandise: Accessories).
Undang-undang
menentukan bahwa: “To duplicate these Service Marks by way of printing,
embroidering and founding or to display it in public without
authorization may constitute service mark infringements and may be
subject to litigation”.
Ketika
melatih di Universitas Ritsumeikan, pada tahun 1929, Gogen Yamaguchi
mulai memperkenalkan konsep latihan yang dinamakannya waktu itu “Jissen
Kumite” (actual combat).
Pada
tahun 1937, Gogen Yamaguchi mendapat amanah dari Master Chojun Miyagi
untuk mengepalai dan mengajarkan Goju-Ryu di Jepang. Juga menerima nama
“Gogen” dari Master Chojun Miyagi, dan menerima gelar “Renshi” dari Dai
Nippon Butoku-kai.
Pada
tahun 1950, Gogen Yamaguchi mendirikan All Japan Karate-Do Gojukai dan
menjadi presidennya yang pertama. Dalam perkembangan lebih lanjut,
Gojukai Jepangpun tumbuh lebih dari satu perguruan, dan Gojukai yang
dipimpin oleh Gogen Yamaguchi lebih sering disebut “Gojukai Yamaguchi”.
Pada tahun 1951, Gogen Yamaguchi mendapat tingkatan “Ju Dan Hanshi” (DAN 10) dari Master Chojun Miyagi.
Pada tahun 1964, Gogen Yamaguchi berpartisipasi membentuk The All Japan Karate-Do Federation.
Pada tahun 1969, Gogen Yamaguchi memperoleh penghargaan tertinggi dari Kaisar Jepang, yaitu “Ranjuuho-sho” award.
Gogen Yamaguchi senantiasa mengajarkan:
“It
is easy to listen to what you are taught, but it is difficult to find
what you have within yourself and master it as your own”.
Dari
ajaran Gogen Yamaguchi di atas sehingga kita berkesimpulan, seorang
instruktur Karate-Do, harus terlebih dahulu mampu melakukan sendiri
sesuatu yang dia ingin dilakukan ileh murid-muridnya. Jadi sang
instruktur itu yang harus terlebih dahulu memperagakan apa yang
diinstruksikannya kepada murid-muridnya.
Pada tahun 1975, Gogen Yamaguchi mendirikan The Japan Karate-Do College dan lagi-lagi menjadi presidennya. Instruktur dari Japan Karate-Do College itu adalah:
a. Gogen Yamaguchi (Goju-Ryu).
b. Goshi Yamaguchi (Goju-Ryu).
c. Gogyoku Wakako Yamaguchi (Goju-Ryu).
d. Hironori Ohtsuka (Wado-Ryu).
e. Iwata Manzao (Shito-Ryu).
f. Tamae (Rembukai).
g. Motokatsu Inoue (Ryukyu Kobujutsu).
Shihan Paul Starling (Chief Instructor dari Gojukai Karate-Do Australia) adalah lulusan pertama dari Japan Karate-Do College itu.
Pada tanggal 30 April 1977,
Gogen Yamaguchi mendirikan I.K.G.A (International Karate-Do Gojukai
Association). Gogen Yamaguchi menjadi presiden pertama sekaligus Saiko
Shihan pertama. Kemudian setelah wafatnya Gogen Yamaguchi, digantikan
oleh putranya yang bungsu, Master Goshi Yamaguchi sejak tahun 1989.
KARATE-DO GOJUKAI INDONESIA
Didirikan
oleh Setyo Hardjono pada tanggal 15 Agustus 1967 di Jakarta dengan
berafiliasi pada Honbu Gojukai di Jepang. Pada masa pecahnya FORKI, Drs.
Setyo Hardjono berpihak kepada Anton Lesiangi dengan membentuk Badan
Kerjasama Olahraga Karate-Do Indonesia, kemudian membentuk Federasi
Olahraga Karate-Do Seluruh Indonesia (FKSI) dan terakhir bernama
Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia. Di masa hidupnya beliau mempunyai
asisten senior yaitu Richard Mendwijaya, Maskun Prasetyo dan Woerjono
Rahmat.
GOJUKAI KOMDA SUL-SEL

Didirikan
oleh Sensei Richard Mendwijaya pada tanggal 27 April 1974, bersama
dengan muridnya antara lain Achmad Ali, Howard Kowgam, H. Ibrahim Rum.
Gojukai Komda Sul-Sel merupakan salah satu komisariat daerah gojukai
yang tertua setelah Gojukai Komda DKI Jaya.
Sejarah Pembesar Gojukai Indonesia.
a. Shihan Setyo Hardjono
Adalah pendiri Karate-Do Gojukai Indonesia beliau lahir di Semarang
pada tanggal 15 Agustus 1933, setamat SMA beliau terpilih menjadi
mahasiswa di Jepang karena memperoleh beasiswa memperdalam seni bala
diri pada mendiang Gogen Yamaguchi. Dimasa hidupnya beliau meraih Dan 6
dan memperoleh penghargaan Dan 7 dari Honbu Gojukai Tokyo.
Murid-muridnya yang setia adalah Richard Mendwijaya, Wiryono Rahmat,
Maskun Prasetya dan Achmad Ali. Beliau wafat di Semarang pada tanggal 27 April 1979 bertepatan dengan berdirinya Gojukai Komda Sul-Sel.
b. Sensei Richard Mendwijaya
Pendiri Gojukai Sul-Sel, beliau lahir di Jakarta tanggal 13 Agustus 1942. Tahun 1960-an beliau sangat populer sebagai judoka tidak terkalahkan di Indonesia
baik di even nasional maupun tingkat olimpiade. Kemudian hijrah ke
Karate Goju-Ryu dengan pertama kali berlatih pada Sensei Ishi (orang
Jepang yang menetap di Indonesia) dan akhirnya beralih dibawah bimbingan Shihan Setyo Hardjono.
Ketika Shihan Setyo Hardjono wafat, beliau langsung menjadi orang kedua di Karate-Do Gojukai Indonesia dengan menduduki posisi Ketua Dewan Guru dan Direktur Gojukai Indonesia. Beliau terakhir meraih Dan 4 langsung dari mendiang Hanshi Gogen Yamaguchi.
c. Shihan Prof. Dr. Achmad Ali, SH, MH.
Lahir
di Makassar tanggal 9 Nopember 1952, beliau mengenal dan mulai berlatih
seni bela diri sejak usia 13 tahun tepatnya tahun 1965 pertama kali
berlatih pencak silat di Gowa dan Madura, Kuntao Jujitsu dan Judo yang
akhirnya berlatih pada Karate-Do Gojukai di bawah bimbingan Sensei
Richard Mendwijaya. Kemudian memperdalam pada Alm. Shihan Setyo Hardjono
(Dan 6), Alm. Hanshi Gogen Yamaguchi (Dan 10), Shihan Kikuchi (Dan 7),
Sensei Akira (Dan 4), Sensei Shintsukin dan pada Shihan Goshi Yamaguchi.
Beliau adalah dosen di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Guru Besar di bidang Ilmu Hukum.
Di bidang karate beliau adalah master Gojukai Indonesia
pemegang Dan 6 dalam ujian internasional di Honbu IKGA Jepang. Pada
tanggal 22 Januari 1990 memperoleh kepercayaan lagi dari Honbu IKGA
sebagai perwakilan resmi di Indonesia sebagai Director.
D. Kihon
Adalah teknik-teknik dasar karate yang secara garis besarnya terbagi sebagai berikut:
a. Kihon Waza, adalah latihan teknik yang dilakukan di tempat terdiri atas:
- Tsuki, serangan tangan dalam arah lurus menusuk
- Uchi, serangan tangan dalam bentuk menyabet atau menghantam
- Ate, serangan tangan atau lutut dalam wujud tumbukan
- Uke, tangkisan
- Geri, tendangan
b. Kihon Ido II
Kiotzuke
Mukusho
Heiko dachi, Joi
Hidari sanchin dachi, seiken tsuki no kamae
- Sanchin dachi, jodan uke + gyaku tsuki
- Zenkutsu dachi, chudan uke + gyaku tsuki
- Shiko dachi shakaku / 45°, gedan barai + gyaku tsuki
- Sanchin dachi, yoko uke shita barai + morote tsuki
- Sanchin dachi, seiken tsuki + mae geri
- Zenkutsu dachi, mae geri + seiken tsuki
- Shiko dachi shakaku, hijji mawashi ate, uraken uchi, tetsui gedan ate + seiken gyaku tsuki
- Zenkutsu dachi, mae hijji ate + seiken gyaku tsuki
- Shiko dachi chokkaku / 90°, tetsui gedan + uraken uchi
- Sanchin dachi, mae geri + mawasi geri
- Zenkutsu dachi + yonhon dosa (hijji uraken, tetsui, gyaku tsuki)
- Hankutsu dachi sakuto geri + seiken gyaku tsuki
- Shiko dachi shakku, kansetsu geri + yonhon dosa (age uchi, uraken, tetsui, seiken gyaku tsuki).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar